BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
“Bacalah dengan menyebut nama
Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan
manusia dari segumpal tanah. Bacalah, dan Tuhanmu maha pemurah. Yang mengajar
menulis dengan kalam. Mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Qs. Al-Alaq
1-5). Ayat diatas merupakan wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT kepada
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Garis besar dari ayat tersebut bahwa
betapa pentingnya kemauan membaca dan menulis. Alangkah baiknya jika umat
manusia selalu menyempatkan dirinya belajar.
Hijaiyah atau huruf Arab yaitu huruf
yang dipergunakan dalam penulisan kitab suci Al Quran. Dalam pembelajaran huruf
Arab memang tidak begitu mudah, apalagi untuk anak-anak. Juga banyak orang tua
yang kesulitan memperkenalkan Hijaiyah pada anak-anaknya. Bahkan, bukan tidak
mungkin masih ada orangtua dari anak-anak tersebut yang tidak tahu banyak
tentang huruf Hijaiyah. Dalam pengenalan huruf Hijaiyah kepada anak-anak ini
harus dengan metode yang menarik perhatian. Kini sudah banyak metode
pembelajaran Al Quran dimana-mana, antara lain adanya buku panduan membaca Al
Quran, sedangkan untuk anak-anak ada buku Iqra, buku ini berisikan huruf-huruf
hijaiyah dimulai dengan tingkatan yang paling rendah. Buku ini memudahkan guru
atau pembimbing TKA (Taman Kanak-kanak Al Quran) /TPA (Taman Pendidikan Al
Quran) dalam pengajaran. Tetapi tidak sedikit anak-anak yang malas belajar
dengan buku Iqra ini, dikarenakan segi pengemasan yang kurang menarik dari buku
Iqra ini. Anak-anak akan lebih tertarik belajar dengan buku yang penuh dengan
warna atau dengan desain yang lucu. Taman Kanak-Kanak merupakan awal
pembelajaran bagi seorang anak yang pada umumnya usia mereka merupakan usia
bermain sekaligus masa perkembangan otak, sehingga diperlukan suatu metode dan
desain yang menarik dalam penyampaian materi pembelajaran huruf hijaiyah ini.
B.
Permasalahan
1.
Rumusan Masalah
Pada proses pengidentifikasian masalah, penulis dapat
mengidentifikasikan masalah-masalah dalam pembelajaran huruf Hijaiyah (huruf
Arab), yaitu :
- Kurang menariknya media
pembelajaran tentang huruf Hijaiyah. Media pembelajaran Hijaiyah melalui Iqra
dianggap cukup efektif untuk disampaikan kepada anak-anak. Tetapi, dalam segi
kemasan buku ini kurang menarik minat belajar anak dalam mempelajari hijaiyah.
Sehingga menimbulkan rasa bosan kepada anak-anak tersebut.
- Masih sedikit buku yang khusus
mempelajari hijaiyah. Khususnya untuk anak-anak, buku-buku agama yang banyak
ditemui lebih kepada buku-buku tentang pembelajaran Al Quran dan tajwid.
- Ada sebagian anak yang kurang
menyukai mempelajari hijaiyah. Anak-anak sudah lebih dulu merasa kesulitan
untuk mempelajari Hijaiyah, sebagian dari mereka sudah beranggapan sulit dengan
hanya melihat karakter huruf-huruf arab tersebut.
- Orang tua yang merasa tidak punya
banyak waktu untuk mengajarkan anaknya huruf Arab ini, dikarenakan mempelajari
huruf Hijaiyah cukup membutuhkan waktu. 60 % dari orang tua murid TKA tersebut
bekerja diluar rumah, mereka tidak punya banyak waktu untuk mengajari anaknya
belajar agama khususnya Hijaiyah. 3 dari 5 ibu mengaku bahwa mereka sudah
merasa cukup anak-anaknya belajar Hijaiyah di madrasah atau TK/TPA Al Quran.
- Orangtua yang kurang memperhatikan
masalah pendidikan agama untuk anaknya. Mereka beranggapan bahwa pendidikan di
sekolah tentang agama dinilai mencukupi.
- Pemerintah kurang memperhatikan
akan fasilitas untuk pendidikan agama.
Pemerintah khususnya departemen agama, kurang memberikan fasilitas
untuk umum dalam pembelajaran ilmu agama, baik itu berupa bantuan pemberian
buku atau fasilitas belajar yang lain.
C.
Tujuan
Maksud
pembuatan media pembelajaran Hijaiyah ini adalah untuk dapat membantu anak yang
duduk di Taman Kanak-kanak Al Quran dalam memahami materi pelajaran khususnya
materi pembelajaran Hijaiyah. Agar dalam mempelajari Hijaiyah anak-anak merasa
senang dan ada ketertarikan untuk selalu mempelajarinya. Adapun tujuannya yakni
untuk memberikan kemudahan kepada guru Taman Kanak-kanak Al Quran dalam
memberikan pelajaran serta memberi semangat dalam belajar. Juga dapat membantu
orangtua di rumah agar dapat mengajari anaknya, jadi anak tidak hanya belajar
di madrasah melainkan masih dapat belajar hijaiyah di rumah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Landasan Teori
1. Sejarah Munculnya Tanda Huruf
Huruf atau tulisan
adalah salah satu sarana untuk menyatakan kehendak, cipta dan rasa. Ketika
orang belum mengenal alat komunikasi modern seperti telepon, internet dan
lainnya mereka telah terlebih dahulu mengenal huruf. Manusia memiliki bahasa
yang digunakan sebagai alat komunikasi dengan sesamanya, baik berkomunikasi
melalui lisan, tulisan ataupun isyarat. Semuanya merupakan sarana untuk
mengapresiasi kebutuhan hidup manusia.
Pada awalnya,
komunikasi dilakukan secara lisan atau dengan bahasa isyarat. Namun, ada banyak
hal yang ternyata sulit dikomunikasikan dengan dua cara tersebut, dan
membutuhkan cara yang ketiga, yaitu bahasa tulis. Dari sini, muncul kebutuhan
akan bahasa tulis. Bahasa tulis tidak serta merta tersusun dari huruf-huruf
seperti saat ini. Bahasa tulis terlebih dahulu melalui beberapa fase
perkembangan dan penyempurnaan untuk dapat menjadi seperti sekarang.
Fase pertama al-shauri
al-dzati, mendeskripsikan suatu peristiwa melalui gambar itu sendiri. Dalam
hal ini, gambar menjadi bahasa tulis yang berupaya menceritakan suatu kejadian
atau peristiwa. Fase ini adalah fase paling sederhana tetapi juga bersifat
terbatas. Terbatas pada peristiwa-peristiwa yang dapat dideskripsikan melalui
gambar, seperti gunung meletus, diserang binatang buas dan lainnya.
Fase kedua al-shauri
al-ramzi, mendeskripsikan suatu peristiwa, waktu terjadinya, atau situasi
dan kondisi pada saat terjadi melalui makna yang dilambangkan oleh suatu
gambar. Bahasa ini lebih luas dan dipergunakan untuk menggambarkan hal-hal yang
tidak dapat digambarkan oleh al-shauri al-dzati. Seperti perasaan
orang-orang yang tertimpa gunung meletus, perasaan benci, cinta dan lainnya.
Fase ketiga al-maqtho’i,
perjalanan waktu menjadikan kebutuhan hidup manusia bertambah banyak dan
bervariasi. Bahasa tulis yang menggunakan gambar-gambar tersebut kadang kala
tidak dapat ditangkap maksudnya oleh penerima (komunikan), atau penerima keliru
dalam memahami maksud pengirim berita (komunikator), sehingga pesan tidak
berjalan seiring. Atau karena peristiwa yang diceritakan panjang membuat gambar
yang di tulis juga panjang dan banyak. Hal ini dianggap tidak efektif dan
efisien sebab membutuhkan waktu, tenaga, dan pikiran lebih banyak.
Faktor-faktor ini yang kemudian mendorong dibuatnya maqtho’
(tanda-tanda) yang dapat menggantikan fungsi gambar sebagai bahasa tulis. Maqtho’
ini ada yang dipakai dan disepakati oleh komunitas di daerah tertentu, ada yang
dipakai dan dipahami sama (kebetulan atau tidak) oleh banyak komunitas di
berbagai daerah. Misalnya, tanda kepala ‘ain sebagai ganti gambar yang menunjukkan
arti musuh, tanda kepala syin sebagai ganti gambar yang menunjukkan
pohon atau hutan dan lain-lain. Meskipun tanda-tanda ini terkadang tidak
menunjukkan adanya hubungan yang logis dengan gambar yang ditandai, tetapi cara
demikian dipakai oleh para pengguna bahasa tulis pada masanya.
Fase berikutnya al-hija’i,
dalam perkembangan selanjutnya, maqtho’-maqtho’ tersebut menjadi huruf
setelah mengalami akulturasi.[1]
2. Definisi Hijaiyah
Kata huruf
berasal dari bahasa arab harf atau huruuf (حرف
او حروف). Huruf arab disebut juga huruf hija’iyah (هجائية) . Kata hija’iyah berasal dari kata
kerja hajjaa (هجى)yang artinya mengeja,
menghitung huruf, membaca huruf demi huruf. Huruf hija’iyah
disebut pula huruuf tahjiyyah (حروف تهجية) .
Huruf hijaiyah
disebut juga alfabet arab. Kata alfabet itu sendiri berasal dari
bahasa arab alif, ba’, ta’.[2] Kata abjad
juga berasal dari bahasa arab a-ba-ja-dun; alif, ba’, ta’, jim,
dan dal (أبجد)
. Namun ada pula yang menolak pendapat ini dengan alasan, huruf
hijaiyah mempunyai aturan urutan yang berbeda dengan terminologi abjad. Huruf
hijaiyah dimulai dari alif dan berakhir pada huruf ya’ secara
terpisah-pisah. Sedang terminologi abjad urutannya disusun dalam bentuk kalimat (أبجد هوز حطى كلمن سعفص قرشت), di samping itu
terminologi abjad lebih bersifat terbatas pada bahasa samiyah yang lokal
(lughah samiyah al-umm).
Huruf hijaiyah
berjumlah 28 huruf tunggal atau 30 jika memasukkan huruf rangkap lam-alif
(لا)dan hamzah(ء) sebagai huruf yang berdiri sendiri.
Orang yang pertama kali menyusun huruf hijaiyah secara berurutan mulai
dari alif sampai ya’ adalah Nashr Bin ‘Ashim Al-Laitsi(ناصر بن عاصم الليثي) .[3] Cara
menulis huruf Arab berbeda dengan huruf Latin. Kalau huruf Latin dari kiri ke
kanan maka huruf Arab ditulis dari kanan ke kiri.[4]
3. Pertumbuhan dan
Perkembangan Huruf Hijaiyah
Semua huruf atau
tulisan di dunia ini pada mulanya merupakan tanda-tanda yang sangat sederhana
yang telah ditemukan, disepakati dan dipergunakan oleh generasi paling tua
dalam bentuk gambar atau lambang yang dapat dilihat oleh mata. Kemudian
generasi selanjutnya melakukan proses pengurangan, penambahan, dan
penyempurnaan sesuai kebutuhan sehingga terwujud bentuk huruf seperti sekarang
ini. Demikian pula dengan huruf atau tulisan Arab.
Menurut penelitian para
sejarawan, tulisan Arab yang dipergunakan sekarang ini berasal dari mesir kuno
: hieroglyph. Keadaan tulisan pada awalnya adalah dalam bentuk lambang yang
terpisah-pisah seperti huruf cetak latin, hanya huruf konsonan (selain wawu,
alif dan ya’) yang ditulis, tidak memakai titik-titik, dan terkadang satu huruf
dipakai untuk beberapa huruf yang mempunyai kesamaan bentuk tanpa diberi tanda
pembeda seperti lazimnya huruf pada masa sekarang.
Tulisan Mesir
kuno tetap digunakan dalam bentuk gambar dan beberapa diantaranya berupa huruf
hingga abad 5 M, dan tidak mengalami banyak perubahan sampai generasi-generasi
mesir selanjutnya berakulturasi (proses bercampurnya dua atau lebih kebudayaan
karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi) dengan suku-suku di
daerah lain, seperti dengan Suku Lihyani di Arabia Selatan dan sebagai wujud
akulturasinya melahirkan jenis tulisan lihyani, atau dengan Suku Himyar
di Yaman Siria dan melahirkan tulisan himyari.
Ciri tulisan
pada waktu itu adalah huruf ditulis dengan bentuk lambang yang terpisah-pisah
seperti huruf cetak Latin, hanya huruf konsonan (selain wawu, alif dan ya’)
yang di tulis, tidak memakai titik-titik, dan terkadang satu huruf dipakai untuk
beberapa huruf yang mempunyai kesamaan bentuk tanpa diberi tanda pembeda
seperti lazimnya huruf pada masa sekarang.
Dalam
perkembangan selanjutnya, Tulisan Arab mengalami proses penyempurnaan bentuk
meskipun belum dibedakan. Hal ini terjadi setelah adanya penetrasi budaya dan
peradaban oleh Suku Anbar dan Hirah (yang mendiami sepanjang sungai Eufrat)
terhadap masyarakat Mesir pada waktu itu. Ciri huruf atau tulisan pada fase ini
adalah huruf-huruf sudah ditulis secara bersambung, dan juga adanya penambahan
beberapa huruf yang sebelumnya tidak ada. Seperti tsa’, dzal, dhad, dla’,
dan ghin. Huruf mati –alif, wawu, dan ya’- juga telah
dipergunakan sampai abad ke-6 M.
Diperkirakan
seabad sebelum kedatangan Islam, orang-orang Hijaz[5]
telah belajar baca-tulis di Siria (pada suku Himyar) dan Irak (pada Suku Hirah
dan Anbar). Hal ini dikarenakan hubungan dagang yang terjalin diantara mereka.
Sehingga melahirkan tokoh-tokoh yang dikenal mempunyai keahlian baca-tulis
Arab, seperti Bisyir Bin Abdul Malik Al-Kindi yang bersahabat dengan Harb Bin
Umayyah yang mempunyai keahlian sama, yang kemudian menikah dengan keturunan
Umayyah dan mulai mengajarkan baca tulis kepada pemuda-pemuda Quraisy.
Pada akhir abad
ke-6 M memasuki awal abad ke-7 M, mulai banyak orang Islam yang pandai
baca-tulis, khususnya di kalangan pemudanya. Karena adanya program
pemberantasan buta huruf yang dicanangkan oleh Nabi Muhammad SAW. yakni
tawanan-tawanan non Muslim yang tidak membahayakan Islam jika dibebaskan dan
mereka mempunyai kemampuan baca-tulis yang cukup, maka tiap satu orang tawanan
diharuskan mengajarkan baca-tulis kepada sepuluh anak orang Islam sampai mahir.[6]
Diantara sahabat-sahabat Nabi yang pandai baca-tulis adalah Ali Bin Abi Thalib,
Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan, Mu’awiyah Bin Abi Sufyan, Yazid Bin Abi
Sufyan dan masih banyak lagi. Meskipun sebagai sahabat dan keluarganya dapat
membaca dan menulis, namun Nabi Muhammad sendiri tidak pernah mempelajari
kepandaian ini. Wahyu yang turun kepad Nabi Muhammad oleh sebagian sahabat yang
dapat menulis, dituliskan di atas pelepah kurma, kayu, tulang, lempung, batu,
dan material lain yang dapat digunakan Beberapa bagian al-Qur’an disimpan di
masjid Nabi, di rumah Nabi Muhammad dan sebagian di rumah para sahabat nabi.
Dengan wafatnya nabi Muhammad pada tahun 623 M, dan gugurnya banyak pengikut
Nabi Muhammad yang hafal seluruh al-Qur’an dalam perang, seperti perang yamamah.[7] Maka umat merasakan kebutuhan mendesak untuk
mencatat wahyu dalam bentuk lebih permanen. Atas desakan Umar Bin Khattab, Abu
Bakar memerintahkan Zaid Bin Tsabit –sekretaris Nabi- untuk menghimpun dan
menulis semua ayat dalam susunan seperti yang ditunjukkan Nabi Muhammad SAW.
Nantinya ketika
agama Islam tersebar ke berbagai belahan dunia, berkembang kekhawatiran bahwa
wahyu Allah akan hilang atau menyimpang jika tidak ada teks standar pada
masing-masing pusat politik religious Negara Islam. Karena pesan al-qur’an
harus difahami muallaf maka
penting sekali ada satu edisi yang dapat digunakan untuk mengajar dan
berdakwah.
Proses
pelestarian dan tujuan berdakwah melahirkan kebutuhan baru untuk menyempurnakan
tulisan. Berangsur-angsur aturan ditetapkan untuk menyambungkan banyak huruf
Arab. Titik ditambahkan untuk membedakan huruf-huruf yang disampaikan dalam
satu bentuk (shad, dhad, tha’, dla’, da, dza, ba, ta, tsa dan lainnya).
Tanda vokal pendek di atas dan di bawah huruf (fathah untuk “a” pendek, dhammah
untuk “u” pendek, dan kasrah untuk “I” pendek) dikembangkan untuk
melengkapi vokal dan konsonan panjang. Metode tepat untuk menunjukkan maddah
(pemanjangan vokal), syiddah (konsonan ganda), dan sukun
(konsonan tak bervokal) kemudian ditambahkan sebagai penyempurna.[8]
Model tulisan
yang dipakai para sahabat Nabi dan orang Arab pada masa itu adalah tulisan hijazi,
yaitu bentuk tulisan yang merupakan penyempurnaan dari rentetan pertumbuhan dan
perkembangan tulisan Arab dalam proses mencari bentuk kesempurnaan huruf yang
memenuhi kebutuhan bahasa.
4. Penyempurnaan Tulisan
Arab
Penyempurnaan ini
dibutuhkan karena munculnya kasus kesalahan baca ayat al-Qur’an adalah fatal
sebab dapat merubah makna ayat tersebut. Dengan demikian meluasnya agama Islam
ke berbagai suku dan bangsa-bangsa bukan Arab yang tidak mengenal bahasa Arab,
kekhawatiran terjadinya kesalahan yang sama semakin kuat. Karena bahasa dan
tulisan Arab merupakan bahasa dan tulisan resmi al-qur’an. Sedangkan bahasa dan
tata bahasa pada waktu itu belum dibakukan. Penyempurnaan tulisan Arab
selanjutnya adalah dengan :
1) Menciptakan syakal
Pada awal abad ke-7 M,
awal daulah Umawiyah, Ziyad bi Abi Sufyan meminta kepada seorang ahli bahasa
Arab, Abu Aswad al-Duali untuk menciptakan syakal sehingga mempermudah membaca
al-qur’an dan meminimalisir kesalahan baca. Tanda baca yang diciptakan sbb :
- Titik satu
disebelah kiri huruf berarti dhammah
- Titik satu tepat di
atas huruf berarti fathah
- Titik satu tepat di
bawah huruf berarti kasrah
- Bila titik
didobelkan maka menjadi tanwin
Titik-titik yang
menjadi syakal ditulis dengan tinta merah sedangkan, huruf ditulis dengan tinta
warna hitam.
2) Membedakan huruf yang sama bentuk dengan garis
Tanda baca ciptaan
al-dauli sangat membantu dalam membaca al-Qur’aan. Tetapi, huruf-huruf yang
bentuknya sama dan ejaannya berbeda sering kali membingungkan. Hingga pada masa
Abdul Malik bin Marwan (685-705 M) seorang gubernur bernama al-Hajjaj bin Yusuf
al-Tsaqafi meminta Nashr bin ‘Ashim dan Yahya bin Ya’mar untuk memberi tanda
pada huruf-huruf yang sama bentuknya tetapi berbeda ejaan. Nashr dan Yahya
selanjutnya menciptakan tanda berupa garis-pendek yang diletakkan di atas atau
dibawah huruf. Tanda dan garis-pendek tetap dipakai selama pemerintahan Bani
Umayyah sampai awal pemerintahan Abasiyah ± 685-750 M.
3) Membalik tanda-tanda
Setelah beberapa waktu,
sistem penandaan titik dan garis-pendek mengalami perubahan. Munculnya keluhan
dari para pembaca al-Qur’an yang dianggap menyulitkan, selain itu model
penandaan dengan menggunakan tinta tinta (waktu itu mesin cetak belum dikenal)
memunculkan problem lain. Tinta yang tidak bersifat permanen, sehingga
seringkali menyebabkan garis-garis pendek menjadi seperti titik-titik atau
sebaliknya. Sementara itu tinta merah yang digunakan untuk menulis tanda titik
karena terlalu lama menjadi kehitam-hitaman menyerupai huruf atau garis pendek
yang memang ditulis dengan tinta hitam. Sebuah fakta ynag memunculkan kesulitan
baru karena orang menjadi bingung mana syakal mana huruf tertentu.
Kesulitan ini
menggerakkan seorang ahli tata bahasa Arab, yaitu al-Khalil bin Ahmad
mengadakan perubahan. Al-Khalil membalik fungsi tanda baca yang diciptakan Abu
Aswad dan Nashr-Yahya. Titik-titik yang awalnya merupakan harakat sekarang
dijadikan tanda untuk membedakan huruf yang berbentuk sama namun berbeda ejaan.
Dan untuk syakal, al-Khalil megambil dari huruf-huruf yang menjadi sumber
bunyi.
Mengenal Huruf-huruf Hijaiyyah[9]
|
No
|
Huruf Arab
|
Huruf Latin
|
Nama Huruf
|
|
1
|
ا
|
a,i,u
|
Alif
|
|
2
|
ب
|
B
|
ba’
|
|
3
|
ت
|
T
|
ta’
|
|
4
|
ث
|
Ts
|
tsa’
|
|
5
|
ج
|
J
|
Jim
|
|
6
|
ح
|
H
|
Ha’
|
|
7
|
خ
|
Kh
|
kha’
|
|
8
|
د
|
D
|
Dal
|
|
9
|
ذ
|
Dz
|
Dzal
|
|
10
|
ر
|
R
|
ra’
|
|
11
|
ز
|
Z
|
Zai
|
|
12
|
س
|
S
|
Sin
|
|
13
|
ش
|
Sy
|
Syin
|
|
14
|
ص
|
Sh
|
Shad
|
|
15
|
ض
|
Dh
|
dhad’
|
|
16
|
ط
|
Th
|
tha’
|
|
17
|
ظ
|
Dzh
|
dza’
|
|
18
|
ع
|
‘a,’i,’u
|
‘ain
|
|
19
|
غ
|
Gh
|
Ghain
|
|
20
|
ف
|
F
|
fa’
|
|
21
|
ق
|
Q
|
Qaf
|
|
22
|
ك
|
K
|
Kaf
|
|
23
|
ل
|
L
|
Lam
|
|
24
|
م
|
M
|
Min
|
|
25
|
ن
|
N
|
Nun
|
|
26
|
و
|
W
|
Wau
|
|
27
|
ه
|
H
|
ha’
|
|
28
|
ء
|
‘
|
Hamzah
|
|
29
|
ي
|
Y
|
ya’
|
5. Hukum-Hukum Baca Pada Al-Quran
1. )Idzhar
Apabila ada nun sukun
atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf halqi yakni : hamzah, kha, kho’,
‘ain, ghain , ha ( ء ه ح خ ع غ ) maka
hukum bacaannya adalah idzhar halqiyang berarti harus dibaca terang dan jelas
Apabila ada nun sukun
atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ya’, nun, mimi, dan wawu (ي ن م و) maka hukum bacaannya disebut idghom
bighunnah) (إدغام بِغُنَّة yang berarti
harus dibaca dengan dimasukkan atau ditasydidkan kedalam salah satu huruf yang
empat itu dengan suara mendengung.
2.)
Idghom Bilaghunnah
Apabila ada nun sukun dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf lamل) ) dan ra' (ر) maka hukum bacaannya adalah idghom bila ghunnah (إدغام بلاغنًة) yang membacanya dengan caramemasukkan dengan tanpa mendengung.
Apabila ada nun sukun dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf lamل) ) dan ra' (ر) maka hukum bacaannya adalah idghom bila ghunnah (إدغام بلاغنًة) yang membacanya dengan caramemasukkan dengan tanpa mendengung.
3. )Iqlab
Apabila ada nun sukun
atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ (ب) maka
hukum bacaannya adalah iqlab (إِقلاب) yang
membacanya dengan cara huruf nun atau tanwin itu dibalik atau ditukar menjadi
suara mim (م).
4.) Ikhfa’ Haqiqi
Apabila ada nunu sukun
atau tanwin bertemu dengan huruf yang 15 di bawah ini maka hukum bacaannya
adalah Ikhfa’ haqiqi yang cara membacanya adalah samar-samarantara idghom
dan idzhar.
6. Metode Pembelajaran Huruf Hijaiyyah
Metode pembelajaran
adalah tingkat perencanaan program yang bersifat menyeluruh yang berhubugan
erat dengan langkah-langkah penyampaian materi pelajaran secara prosedural,
tidak saling bertentangan , dan tidak bertentangan dengan pendekatan. Dengan
kata lain metode adalah langkah-langkah umum tentang penerapan teori-teori yang
ada pada pendekatan tertentu.[10] Seperti
yang telah dipaparkan oleh penulis mengenai penerapan ataupun langkah-langkah
pengenalan huruf hijaiyyah sebelumnya. Itu merupakan salah satu penerapan untuk
mengenalkan huruf Hijaiyyah.
Pada hakikatnya, ada
banyak metode yang dapat dilaksanakan untuk mengenalkan huruf hijaiyyah,
diantaranya:
1. Metode Sam’iyyah wa safawiiyah (Dengar dan Ucap)
2. Metode Pelafalan
3. Metode Drill, dsb.
Menurut Syaiful Mustofa
dalam bukunya strategi pembelajaran inovatif, bahawasanya metode dalam
pengenalan huruf hijaiyyah dapat dilaksanakan dengan berbagai macam metode. Dan
berikut penulis paparkan macam-macam metode yang sesuai dalam pembelajaran
pengenalan huruf hijaiyyah;
a. Menggunakan Metode Alphabetik (الابجدية)
b. Metode Bunyi ((الصوطية
c. Metode Sintesis ((الصوتية تركيبية
d. Metode analisis ((الصوطية التحليلية
e. Metode analisis sintetis (التحليلية
التركيبية)[11]
B. Langkah-Langkah Penerapan Pengenalan Huruf Hijaiyah
Pengenalan dan
penguasaan huruf hijaiyah yang merupakan dasar untuk membaca dan mempelajari
kitab suci Al-Qur’an sejak dini sangat penting. Metode dalam belajar huruf
hijaiyah biasanya diberikan oleh guru mengaji secara tradisional
(konvensional). Pengajaran ini cenderung membuat anak-anak yang diajari menjadi
pasif dalam menerima pelajaran mengajinya, karena guru mengaji menerangkan anak
dalam belajar membaca huruf hijaiyah secara lisan, tulisan dan bahasa tubuh.
Dalam
mengajarkan peserta didik untuk mengenal dan menghafalkan huruf-huruf hijaiyah,
sangat terkait dengan proses mengajarkan cara membaca dan menuliskannya. Pada
saat siswa telah mampu mengindentifikasikan huruf-huruf hijaiyah, kemudian ia
mampu untuk melafalkannya dengan baik dan benar sesuai dengan makhrajnya,
kondisi ini dilanjutkannya dengan mengajarkan murid tata cara menuliskan
huruf-hurufhijaiyah. Setelah proses pengidentifikasikan, pelafalan dan
penulisan huruf-huruf hijaiyah ini di kuasai dengan baik oleh seluruh murid,
maka langkah selanjutnya adalah mengajarkan cara menghafalkannya. Hal ini di
maksudkan agar penguasaannya dalam melafalkan dan menulis huruf-huruf hijaiyah
itu tertanam dengan kuat dalam memori otaknya. Bahkan dengan kemampuan membaca
dan menulis huruf-huruf hijaiyah yang telah di kuasai dapat mempermudah proses
untuk menghafalkannya.
Untuk mencapai
tujuan itu ada beberapa hal yang harus di lakukan, baik dalam tahap persiapaan
maupun tahap pelaksanaannya.
a. Tahap Persiapaan
Beberapa
hal yang harus di persiapkan oleh guru adalah:
1)
Merumuskan
tujuan yang harus di capai oleh murid setelah proses pembelajaraan
menghafal huruf-huruf hijaiyah sesuai makhraj dantanda bacaannya terakhir,
Tujuan ini meliputi tiga aspek yakni aspek pengetahuaan (knowing), aspek
pelaksanaan(doing), dan aspek pembiasaan (being). secara garis besar hal ini
telah di uraikan pembahasannya dalam modul ini pada kegiatan belajar.
2)
Persiapan
garis besar langkah-langkah pengajaran yang akan di lakukan. Garis-garis besar
langkah pengajaraan diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.
3)
Mempersiapkan
alat bantu.
b.
Tahap Pelaksanaan
1)
Ajak
siswa berkonsentrasi untuk memperhatikan huruf-huruf hijaiyah yang di sertai
dengan tanda bacannya,media yang di gunakan adalah bagian-bagian bertuliskan
huruf-huruf hijaiyah bertanda baca yang telah di persiapkan.
2)
Awali
dengan mengajarkan cara membaca huruf hijaiyah dengan harakat fathah.
3)
Pastikan
bahwa murid telah mampu mengidentifikasikan huruf hijaiyah, Untuk tahap awal
transliterasi dapat di biarkan terbuka,setelah murid mampu mengidentifikasikan
tutuplah bacaan transliterasinya.
4)
Bacaan
huruf-huruf hijaiyah tersebut sesuai makhraj dan tanda bacanya, untuk proses
ini guru dapat memanfaatkan alat multimedia jika tidak ada guru mencontohkan
langsung cara membacakannnya yangbaik dan benar. Kemudian diikuti oleh murid
sampai semuanya dapat membacakan tanpa ada kesalahan.
5)
Setelah
siswa mampu membacakannya dengan baik dan benar,mulailah meminta siswa untuk
menghafalkannya.
6)
Dimulai
dengan tujuh huruf pertama di bacakan tiga kali lalu tutuplah huruf tersebut.
7)
Mintalah
murid-murid melafalkan huruf-huruf yang di tutup itu secara bersama-sama.
8)
Pastikan
semua murid dapat melafalkan dan menghafalkan dengan baik dan benar.
9)
Setelah
semua murid hafal tujuh huruf yang pertama,mulailah menghafal tujuh huruf yang
kedua.perlu di ingat bahwa guru di larang mengajarkan untuk menghafal
tujuh huruf kedua sebelum tujuh huruf pertama telah di hafal oleh semua murid.
Begitu seterusnya hingga semua huruf hijaiyah dapat di hafalkan oleh semua
murid.
10)
Ciptakan
suasana yang kondusif dan menyenangka dengan menghindari suasana yang
menegangkan.
11)
Yakinkan
bahwa semua siswa mengikuti jalannya pembelajaraan pelafalan dan menghafalkan
huruf-huruf hijaiyah ini dengan memperhaikan ujaran yang di laukukan seluruh
siswa.
12)
Berikan
kesempatan terbanyak kepada siswa untuk secara aktif menghafalkan huruf-huruf
hijaiyah sesuai makhraj dan tanda bacanya.
13)
Setelah
tanda baca harakat fathah di kuasai di lanjutkan dengan tanda baca selnjutnya
hingga selesai.
14)
Pastikan
seluruh murid hafal seluruh huruf-huruf hijaiyah sesuai tanda baca dan
makhrajnya dengan baik dan benar.
15)
Guru
menguji setiap myrid dengan cara spontan menunjuk bahwa murid secara acak agar
murid membacakan hafalan huruf hijaiyah dengan baik dan benar tanpa ada
kesalahan.
c.
Tahap Mengakhiri.
Apabila pelaksana pembelajaran menghafal huruf-huruf hijaiyah sesuai makhraj
dan tanda bacanya telah selesai di lakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri
dengan memberikan penugasan yang berkaitan dengan hafalan huru-huruf hijaiyah
sesuai dengan makhraj dan tanda bacanya. hal ini di perlukan untuk lebih
memantapkan dan melancarkan pelafalan dan hafalan yang di lakukan oleh
murid.Sehingga murid selalu ingat dan terbiasa melafalkan dan menghafalkan.
Dalam tujuan pembelajaran,ini masuk dalam aspek pembiasaan (being).[12]
KESIMPULAN
Huruf atau tulisan
adalah salah satu sarana untuk menyatakan kehendak cipta dan rasa. bahasa tulis
tidak serta merta tersusun dari huruf-huruf seperti saat ini. Namun telah
melalui beberapa fase perkembangan dan penyempurnaan untuk dapat menjadi
seperti sekarang. Yaitu : Fase al-shuwari al-dzati, Fase al-shuwari al-ramzi,
Fase al-maqtha’I, Fase al-hija’I.
Kata huruf berasal dari
bahasa Arab : harf atau huruf. Huruf
Arab disebut juga huruf hijaiyah. Kata hijaiyah berasal dari kata kerja hajja yang artinya mengeja, menghitung huruf, membaca
huruf demi huruf. Huruf hijaiyah di mulai dari alif dan berakhir pada huruf ya’
secara terpisah-pisah.
Semua huruf atau
tulisan di dunia ini pada mulanya merupakan tanda-tanda yang sangat sederhana
yang telah ditemukan, disepakati dan dipergunakan oleh generasi paling tua
dalam bentuk gambar atau lambang yang dapat dilihat oleh mata. Kemudian
generasi selanjutnya melakukan proses pengurangan, penambahan, dan
penyempurnaan sesuai kebutuhan sehingga terwujud bentuk huruf seperti sekarang
ini. Demikian pula dengan huruf atau tulisan Arab. Hingga Pada awal abad ke-7 M
terjadi penyempurnaan huruf Arab yang dilakukan dengan cara : Menciptakan
syakal, Membedakan huruf yang sama bentuk dengan garis, dan Membalik
tanda-tanda.
Adapun metode
pengajaran untuk pengenalan huruf hijaiyyah, diantaranya:
a. Menggunakan Metode Alphabetik (الابجدية)
b. Metode Bunyi ((الصوطية
c. Metode Sintesis ((الصوتية تركيبية
d. Metode analisis ((الصوطية التحليلية
e. Metode analisis sintetis (التحليلية
التركيبية)[13]
SARAN
Alhamdulillah, penulis telah menyelesaikan makalah ini.
Harapannya makalah ini akan dapat bermanfaat untuk pembaca. Tentu dalam penulisan
makalah ini masih banyak kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khudhari Bek, Muhammad. 1989. Fi
Sirati Sayyidi Al-Mursalin, alih bahasa Bahrun Abu Bakar. Bandung: Sinar
Baru.
Husain, Abdul Karim. 1988. Seni
Kaligrafi Khat Naskhi,Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab Dengan Metode
Komparatif. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya.
Ismail, Al-Faruqi dkk. 2003. Atlas
Budaya: Menjelajah Hazanah Peradaban Gemilang. Mizan: Bandung.
K. Hitti, Philip.
2005. History Of The Arab. Jakarta: Serambi.
Mustofa,
Syaiful. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. Malang: UIN Maliki
Press.
Rahayu Fitri.
2012. Tujuan dan Rumusan Indikator Pembelajaran Menghafal Al-Qur;an dan
Hadits, wordpress.com, Unplace.
[2] Abd. Karim
Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi,Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab Dengan
Metode Komparatif (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1988), 5.
[4] Philip K.
Hitti, History Of The Arab, (Jakarta: Serambi, 2005), 64.
[5] Hijaz
(Hejaz, Hedjaz bahasa Arab: الحجاز al-Ḥiǧāz, arti
harfiah "pembatas") adalah sebuah wilayah di sebelah barat laut Arab Saudi; kota
utamanya adalah Jeddah, namun wilayah ini lebih dikenal sebagai
tempat terletaknya kota suci Mekkah dan Madinah.
Sebagai sebuah wilayah, Hijaz — karena menjadi lokasi bagi tempat-tempat
suci agama Islam,
mempunyai kepentingan dalam lanskap sejarah dan politik Arab dan Islam.
[6] Muh.
Al-Khudhari Bek, Fi Sirati Sayyidi Al-Mursalin, alih bahasa Bahrun Abu
Bakar (Bandung: Sinar Baru, 1989), 155.
[7] Perang
Yamamah berlaku pada bulan Disember 632 M. Perang ini berlaku akibat
penentangan yang dilancarkan oleh Musailamah al-Kazzab yang
berpusat di Yamamah
terhadap kerajaan Khulafa al-Rasyidin pimpinan
Saidina Abu Bakar.
Pertempuran ini berlaku pada awal pagi. Musailamah menyusun pasukannya menjadi
tiga bahagian iaitu bahagian tengah, sayap kanan dan sayap kiri. Sayap kanan
diketuai oleh Muhakim ibn Tufail, sayap kiri dipimpin oleh Rajjal dan bahagian
tengah dipimpin oleh Musailamah sendiri. Bagi tentera Islam, Khalid
mengatur strategi yang sama seperti tentera
Musailamah. Sayap kanan dipimpin oleh Zaid ibn Khattab, sayap kiri dipimpin
oleh Abu Huzaifah dan bahagian tengah oleh Khalid sendiri.
[8] Ismail
Al-Faruqi dan Louis Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya: Menjelajah Hazanah
Peradaban Gemilang (Mizan: Bandung, 2003), 392.
[10] Acep
Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2011), 168.
[11] Syaiful
Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN Maliki
Press,2011), 42.
[12] Rahayu Fitri, Tujuan
dan Rumusan Indikator Pembelajaran Menghafal Al-Qur;an dan Hadits, (wordpress.com,
Unplace, 2012) 7-8.
[13] Syaiful
Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN Maliki
Press,2011), 42.
CV Bahagia Sukses Makmur menerima jasa pembuatan Blower Industri yang berbagai macam tipe dan harga terjangkau yang pastinya memiliki kualitas produk yang sangat baik. Perusahaan kami sudah tersebar luas dan sudah memiliki konsumen lebih dari seribu dan kami menerima pesanan diseluruh Indonesia, sebagai Perusahaan Swasta kami CV Bahagia Sukses Makmur selalu siap memberikan pelayanan yang terbaik karena bagi kami kepuasan konsumen nomer satu.
BalasHapusBlower yang kami buat banyak digunakan pada perIndustrian, Rumah Sakit, Hotel, Gudang, atau ruangan-ruangan yang menggandung asam, zat kimia, dan suhu udara yang sangat tinggi. Selain itu Blower digunakan untuk sirkulasi udara.
blower yang kami buat ada berbagai tipe yaitu Blower Centrifugal, Blower Axial Fan, Blower Portable Ventilator
fungsi dari Blower tersebut sebagai lain untuk Hisap dan Hembus.
Ada dua jenis blower yang kami produsi yaitu :
- Direct Stage yaitu jenis blower yang langsung tanpa tali dan memiliki fungsi Hisap dan Hembus
- Fan Belte yaitu jenis blower yang menggunakan tali dan memiliki fungsi hanya Hmebus
Selain Blower kami juga menjual Elektrik / Dinamo dengan merk Motologi sedangkan blower yang kami jual dengan merk GNT
Sebagai perusahaan swasta yang sedang berkembang, kami CV Bahagia Sukses Makmur selalu siap memberikan yang terbaik demi kepuasan anda dan para customer
beli Industri Fan dengan kualitas terbaik dan harga terjangkau. Kepuasan pelanggan adalah prioritas utama kami, dan kami akan selalu siap memberikan yang terbaik.
Kantor Pemasaran:
081112520820
081776006788
Kantor Pusat :
Jl. Cendana raya no 15A bencongan indah karawaci tangerang
https://jualblowerjakarta12.blogspot.com/
https://medium.com/@jualblowertangerang/
https://jasapembuatanblowerindustribekasi.blogspot.com/
https://kontraktorpermainanrainbowslide.blogspot.com/